Indonesia belum juga lepas dari jeratan wabah yang menimpa sejak Maret lalu. Sampai tulisan ini dibuat, Covid-19 telah bersarang di Indonesia lebih dari 8 bulan sejak diumumkannya pasien pertama pada 2 maret 2020 lalu. Dari Data Satuan Tugas Penanganan Covid-19 yang dirilis pada tanggal 11 November 2020 tercatat 3.770 kasus baru yang terkonfirmasi. Hal ini menyebabkan total kasus Covid-19 di Indonesia telah mencapai 448.118 orang. Sampai saat ini, kabar duka masih menyelimuti sebagian masyarakat Indonesia. Dari data yang ada menunjukkan total angka kematian akibat Covid-19 ini masih terdengar dan kini telah mencapai 14.836 orang.
Kendati demikian, pemerintah terus
berupaya memperlihatkan data yang menjadi harapan bagi masyarakat Indonesia. Angka
kesembuhan yang terus diupdate pemerintah Indonesia diharapkan menumbuhkan
harapan sekaligus kesadaran bagi seluruh masyarakat Indonesia agar terus
menjaga protokol kesehatan sesuai yang telah dianjurkan. Data kesembuhan pasien
yang telah melalui proses pemeriksaan dan telah dinyatakan negatif dari virus
corona kini telah mencapai 378.982 orang sejak awal pandemi hingga saat ini.
Laporan data terbaru dari Satuan Tugas
Penanganan Covid-19 tetap menjadi sorotan utama berbagai media untuk memberikan
informasi kepada seluruh masyarakat Indonesia. Hal demikian menjadi pengingat
bahwa wabah yang telah menelan banyak korban masih menjadi momok yang tidak
bisa dianggap remeh. Namun bukan menjadi penghalang untuk tetap beraktivitas
seperti biasa. Kenyataan yang ada mengikis sedikit demi sedikit rasa ketakutan yang
berlebihan seperti diawal-awal munculnya kata corona.
Indonesia dengan sekuat tenaga berusaha
pulih dan bangkit secara perlahan. Meski aktivitas berjalan normal, namun masih
dibatasi dengan berbagai anjuran. Memakai masker, Mencuci tangan dan Menjaga
jarak menjadi prioritas utama yang terus dikampanyekan oleh pemerintah dalam
hal memutus mata rantai penyebaran virus corona.
Pendidikan adalah salah satu sektor yang
sangat terimplikasi oleh munculnya wabah virus corona. Munculnya klaster Covid-19
di sekolah merubah wajah pendidikan di Indonesia. Suasana baru dirasakan oleh
guru, siswa dan orang tua siswa yang belum pernah dirasakan sebelumnya.
Kenyataan ini tentunya membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk beradaptasi
dengan keadaan yang ada.
Sejak Kemdikbud mengeluarkan pelarangan belajar
tatap muka bagi sekolah-sekolah yang berada di zona kuning dan merah secara
bertahap, beberapa kepala daerah menganjurkan belajar dari rumah di wilayahnya
masing-masing. Sampai akhirnya kebijakan Pembelajaran Jarak Jauh diberlakukan ke
semua sekolah di Indonesia. Kebijakan ini sejalan dengan dikeluarkannya Kepmendikbud
Nomor 719/P/2020 tentang Pedoman Pelaksanaan Kurikulum Pada Satuan Pendidikan Dalam
Kondisi Khusus. Dalam Kepmendikbud tersebut disebutkan tujuan pelaksanaan kurikulum
dalam kondisi khusus adalah untuk memberikan fleksibilitas pada satuan
pendidikan untuk menentukan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran
peserta didik.
Dinamika PJJ.
Sejak diterapkannya Pembelajaran Jarak
Jauh, tentunya mengubah mindset masyarakat pada awal diberlakukannya. Beragam
spekulasi bermunculan yang menganggap bahwa pekerjaan guru tidak sepenuhnya sesuai
tupoksinya. Tanpa mereka sadari bahwa Pembelajaran Jarak Jauh sangatlah rumit.
Terlebih bagi sekolah-sekolah yang berada di daerah pelosok dan terpencil.
Kerumitan yang dirasakan oleh para guru, siswa sampai pada orang tua siswa itu
sendiri perlahan membantah narasi-narasi yang muncul di awal-awal Pembelajaran
Jarak Jauh.
Semakin lama semakin terasa berbagai
kendala dalam proses Pembelajaran Jarak Jauh. Perspektif awal yang terbangun
bahwa belajar dari rumah menguntungkan bagi siswa karena tidak lagi
mengeluarkan biaya lebih untuk datang di Sekolah justru berbanding terbalik
dari kenyataan yang ada. Di sisi lain, pandangan masyarakat umum yang menganggap
guru “makan gaji buta” juga sedikit demi sedikit tertelan oleh waktu. Begitupun
juga dengan orang tua siswa itu sendiri, seiring waktu menyadarkan mereka bahwa
menjadi guru untuk anak mereka sendiri tidaklah mudah. Lalu bagaimana jika
berada di posisi guru yang harus menghadapi sekian banyak peserta didik setiap
hari ?. Tidak terbayang tanggung jawab yang harus dipikul oleh setiap guru.
Pemerintah Pusat sampai Pemerintah
Daerah dan Instansi-Instansi terkait berupaya penuh mencari formulasi yang
tepat menghadapi wabah agar proses belajar mengajar tetap terlaksana. Hak
generasi Indonesia untuk tetap mendapat pelayanan pendidikan menjadi kewajiban bagi
Pemerintah Indonesia. Sampai akhirnya diterapkan Pembelajaran Jarak Jauh seperti
saat ini.
Hampir setengah semester sekolah
menjalani proses Pembelajaran Jarak Jauh. Berbagai dinamika ikut mewarnai dalam
penerapannya. Mulai dari kalangan peserta didik yang menganggap bahwa
Pembelajaran Jarak Jauh adalah libur panjang, orang tua siswa yang kerepotan
membagi waktu demi mendampingi dan mengawasi anak belajar dengan pekerjaan
lainnya, sampai pada guru yang terkuras waktu dan tenaganya untuk melayani
peserta didiknya. Selain itu, terkadang guru juga sampai pada titik yang
membingungkan menyikapi beragam masalah yang dihadapi dalam proses Pembelajaran
Jarak Jauh.
Keluhan peserta didik dan orang tua
siswa yang semuanya bermuara pada guru sebagai tempat terdekat bagi mereka
untuk berkeluh kesah membuat para guru harus bijak menyikapinya. Menghadapi
bergam karakteristik peserta didik mulai dari yang aktif mengikuti Pembelajaran
Jarak Jauh sampai pada yang apatis sama sekali, berbagai macam watak orang tua
siswa mulai yang benar-benar bisa diajak berkolaborasi sampai pada yang sama
sekali sulit ditemui karena pekerjaannya dan masih banyak lagi masalah lainnya.
Hal ini memaksa guru memutar otak mencari solusi dan alternatif lainnya untuk
memecah kebuntuan demi proses Pembelajaran Jarak Jauh tetap berjalan efektif.
Terlebih lagi bagi sekolah-sekolah yang
berada didaerah terpencil. Penerapan Pembelajaran Jarak Jauh memperlihatkan pengabdian
sebagai seorang guru yang penuh dengan ujian. Waktu, tenaga dan kesabaran serta
ketabahan benar-benar teruji. Bagi sekolah terpencil yang penuh dengan
keterbatasan hanya mengenal satu metode Pembelajaran Jarak Jauh yaitu belajar
dengan moda luar jaringan (luring). Keterbatasan akses jaringan internet dan infrastruktur
lainnya menjadi kendala utama dalam menerapkan pembelajaran moda dalam jaringan
(daring). Kenyataan ini membuat guru lebih banyak meluangkan waktu dalam
menerapkan Pembelajaran Jarak Jauh dengan berkunjung ke rumah masing-masing
peserta didik atau dengan membentuk kelompok-kelompok belajar kecil.
Efisiensi Program Guru Belajar.
Berbagai masalah tengah dihadapi oleh
guru dalam menerapkan Pembelajaran Jarak Jauh. Tidak terkecuali yang dirasakan
dan dihadapi langsung oleh penulis sendiri. Terkadang memikirkan cara yang
efektif untuk memecahkan masalah mengalami kebuntuan. Butuh waktu yang cukup
lama hingga menemukan langkah yang tepat mencairkan bongkahan masalah yang kian
menumpuk. Hal ini disebabkan karena beradaptasi dengan kondisi sekarang ini
juga membutuhkan waktu. Selain itu, juga karena guru untuk yang pertama kalinya
diperhadapkan pada kondisi yang terbilang baru dalam hal proses belajar
mengajar dengan kondisi khusus (darurat).
Menghadapi beragam kendala serta
menyikapinya tentulah guru memiliki cara masing-masing. Kreativitas serta
inovasi guru-guru hebat lahir seiring berjalannya waktu. Namun guru dan keterbatasannya
juga merupakan sebuah keniscayaan. Diperlukan masukan, saran bahkan kritikan dan
juga bimbingan khusus guru. Bagaimanapun juga sebagai ujung tombak pendidikan,
guru diharapkan mampu berdiri tegap ditengah gelombang serta berjalan dijalan
terjal untuk sebuah pengabdian.
Kemdikbud hadir dalam bentuk Program
Guru Belajar sebagai jawaban atas berbagai masalah dan kendala yang dihadapi
guru dimasa Pembelajaran Jarak Jauh. Program Guru Belajar setidaknya memiliki
tujuan untuk meningkatkan kompetensi guru dalam merancang Pembelajaran Jarak Jauh berbasis beban kurikulum yang disederhanakan dan mengembangkan kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran jarak jauh yang melibatkan murid.
Kehadiran Program Guru Belajar sangat memberikan jalan terang
serta bekal bagi guru-guru Indonesia dalam menjalankan tupoksinya di masa
Pandemi Covid-19. Program Guru Belajar membantu guru-guru menyelesaikan beragam
masalah yang dihadapi selama Pembelajaran Jarak Jauh. Selain itu, Program Guru
Belajar juga membuka mata guru-guru Indonesia akan pentingnya mengetahui dan menguasai
teknologi yang kedepannya akan menjadi media pendukung utama dalam proses
belajar mengajar.
Demikianlah sekelumit pengalaman serta perjalanan guru-guru
Indonesia yang termasuk didalamnya adalah penulis itu sendiri selama proses
Pembelajaran Jarak Jauh. Diharapkan pengalaman itu menjadi guru terbaik bagi
guru-guru Indonesia terutama bagi penulis itu sendiri agar lebih bijak memaknai
serta memetik segala hikmah didalamnya.
Kreativitas dan Dedikasi Guru Menuju Indonesia Maju.
#GuruMenolakMenyerahKarenaCorona.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar