Jumat, 27 November 2020

Pengalaman PJJ di Era Pandemi COVID-19


Indonesia belum juga lepas dari jeratan wabah yang menimpa sejak Maret lalu. Sampai tulisan ini dibuat, Covid-19 telah bersarang di Indonesia lebih dari 8 bulan sejak diumumkannya pasien pertama pada 2 maret 2020 lalu. Dari Data Satuan Tugas Penanganan Covid-19 yang dirilis pada tanggal 11 November 2020 tercatat 3.770 kasus baru yang terkonfirmasi. Hal ini menyebabkan total kasus Covid-19 di Indonesia telah mencapai 448.118 orang. Sampai saat ini, kabar duka masih menyelimuti sebagian masyarakat Indonesia. Dari data yang ada menunjukkan total angka kematian akibat Covid-19 ini masih terdengar dan kini telah mencapai 14.836 orang.

Kendati demikian, pemerintah terus berupaya memperlihatkan data yang menjadi harapan bagi masyarakat Indonesia. Angka kesembuhan yang terus diupdate pemerintah Indonesia diharapkan menumbuhkan harapan sekaligus kesadaran bagi seluruh masyarakat Indonesia agar terus menjaga protokol kesehatan sesuai yang telah dianjurkan. Data kesembuhan pasien yang telah melalui proses pemeriksaan dan telah dinyatakan negatif dari virus corona kini telah mencapai 378.982 orang sejak awal pandemi hingga saat ini.

Laporan data terbaru dari Satuan Tugas Penanganan Covid-19 tetap menjadi sorotan utama berbagai media untuk memberikan informasi kepada seluruh masyarakat Indonesia. Hal demikian menjadi pengingat bahwa wabah yang telah menelan banyak korban masih menjadi momok yang tidak bisa dianggap remeh. Namun bukan menjadi penghalang untuk tetap beraktivitas seperti biasa. Kenyataan yang ada mengikis sedikit demi sedikit rasa ketakutan yang berlebihan seperti diawal-awal munculnya kata corona.

Indonesia dengan sekuat tenaga berusaha pulih dan bangkit secara perlahan. Meski aktivitas berjalan normal, namun masih dibatasi dengan berbagai anjuran. Memakai masker, Mencuci tangan dan Menjaga jarak menjadi prioritas utama yang terus dikampanyekan oleh pemerintah dalam hal memutus mata rantai penyebaran virus corona.

Pendidikan adalah salah satu sektor yang sangat terimplikasi oleh munculnya wabah virus corona. Munculnya klaster Covid-19 di sekolah merubah wajah pendidikan di Indonesia. Suasana baru dirasakan oleh guru, siswa dan orang tua siswa yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Kenyataan ini tentunya membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk beradaptasi dengan keadaan yang ada.

Sejak Kemdikbud mengeluarkan pelarangan belajar tatap muka bagi sekolah-sekolah yang berada di zona kuning dan merah secara bertahap, beberapa kepala daerah menganjurkan belajar dari rumah di wilayahnya masing-masing. Sampai akhirnya kebijakan Pembelajaran Jarak Jauh diberlakukan ke semua sekolah di Indonesia. Kebijakan ini sejalan dengan dikeluarkannya Kepmendikbud Nomor 719/P/2020 tentang Pedoman Pelaksanaan Kurikulum Pada Satuan Pendidikan Dalam Kondisi Khusus. Dalam Kepmendikbud tersebut disebutkan tujuan pelaksanaan kurikulum dalam kondisi khusus adalah untuk memberikan fleksibilitas pada satuan pendidikan untuk menentukan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran peserta didik.

Dinamika PJJ.

Sejak diterapkannya Pembelajaran Jarak Jauh, tentunya mengubah mindset masyarakat pada awal diberlakukannya. Beragam spekulasi bermunculan yang menganggap bahwa pekerjaan guru tidak sepenuhnya sesuai tupoksinya. Tanpa mereka sadari bahwa Pembelajaran Jarak Jauh sangatlah rumit. Terlebih bagi sekolah-sekolah yang berada di daerah pelosok dan terpencil. Kerumitan yang dirasakan oleh para guru, siswa sampai pada orang tua siswa itu sendiri perlahan membantah narasi-narasi yang muncul di awal-awal Pembelajaran Jarak Jauh.

Semakin lama semakin terasa berbagai kendala dalam proses Pembelajaran Jarak Jauh. Perspektif awal yang terbangun bahwa belajar dari rumah menguntungkan bagi siswa karena tidak lagi mengeluarkan biaya lebih untuk datang di Sekolah justru berbanding terbalik dari kenyataan yang ada. Di sisi lain, pandangan masyarakat umum yang menganggap guru “makan gaji buta” juga sedikit demi sedikit tertelan oleh waktu. Begitupun juga dengan orang tua siswa itu sendiri, seiring waktu menyadarkan mereka bahwa menjadi guru untuk anak mereka sendiri tidaklah mudah. Lalu bagaimana jika berada di posisi guru yang harus menghadapi sekian banyak peserta didik setiap hari ?. Tidak terbayang tanggung jawab yang harus dipikul oleh setiap guru.

Pemerintah Pusat sampai Pemerintah Daerah dan Instansi-Instansi terkait berupaya penuh mencari formulasi yang tepat menghadapi wabah agar proses belajar mengajar tetap terlaksana. Hak generasi Indonesia untuk tetap mendapat pelayanan pendidikan menjadi kewajiban bagi Pemerintah Indonesia. Sampai akhirnya diterapkan Pembelajaran Jarak Jauh seperti saat ini.

Hampir setengah semester sekolah menjalani proses Pembelajaran Jarak Jauh. Berbagai dinamika ikut mewarnai dalam penerapannya. Mulai dari kalangan peserta didik yang menganggap bahwa Pembelajaran Jarak Jauh adalah libur panjang, orang tua siswa yang kerepotan membagi waktu demi mendampingi dan mengawasi anak belajar dengan pekerjaan lainnya, sampai pada guru yang terkuras waktu dan tenaganya untuk melayani peserta didiknya. Selain itu, terkadang guru juga sampai pada titik yang membingungkan menyikapi beragam masalah yang dihadapi dalam proses Pembelajaran Jarak Jauh.

Keluhan peserta didik dan orang tua siswa yang semuanya bermuara pada guru sebagai tempat terdekat bagi mereka untuk berkeluh kesah membuat para guru harus bijak menyikapinya. Menghadapi bergam karakteristik peserta didik mulai dari yang aktif mengikuti Pembelajaran Jarak Jauh sampai pada yang apatis sama sekali, berbagai macam watak orang tua siswa mulai yang benar-benar bisa diajak berkolaborasi sampai pada yang sama sekali sulit ditemui karena pekerjaannya dan masih banyak lagi masalah lainnya. Hal ini memaksa guru memutar otak mencari solusi dan alternatif lainnya untuk memecah kebuntuan demi proses Pembelajaran Jarak Jauh tetap berjalan efektif.

Terlebih lagi bagi sekolah-sekolah yang berada didaerah terpencil. Penerapan Pembelajaran Jarak Jauh memperlihatkan pengabdian sebagai seorang guru yang penuh dengan ujian. Waktu, tenaga dan kesabaran serta ketabahan benar-benar teruji. Bagi sekolah terpencil yang penuh dengan keterbatasan hanya mengenal satu metode Pembelajaran Jarak Jauh yaitu belajar dengan moda luar jaringan (luring). Keterbatasan akses jaringan internet dan infrastruktur lainnya menjadi kendala utama dalam menerapkan pembelajaran moda dalam jaringan (daring). Kenyataan ini membuat guru lebih banyak meluangkan waktu dalam menerapkan Pembelajaran Jarak Jauh dengan berkunjung ke rumah masing-masing peserta didik atau dengan membentuk kelompok-kelompok belajar kecil.

Efisiensi Program Guru Belajar.

Berbagai masalah tengah dihadapi oleh guru dalam menerapkan Pembelajaran Jarak Jauh. Tidak terkecuali yang dirasakan dan dihadapi langsung oleh penulis sendiri. Terkadang memikirkan cara yang efektif untuk memecahkan masalah mengalami kebuntuan. Butuh waktu yang cukup lama hingga menemukan langkah yang tepat mencairkan bongkahan masalah yang kian menumpuk. Hal ini disebabkan karena beradaptasi dengan kondisi sekarang ini juga membutuhkan waktu. Selain itu, juga karena guru untuk yang pertama kalinya diperhadapkan pada kondisi yang terbilang baru dalam hal proses belajar mengajar dengan kondisi khusus (darurat).

Menghadapi beragam kendala serta menyikapinya tentulah guru memiliki cara masing-masing. Kreativitas serta inovasi guru-guru hebat lahir seiring berjalannya waktu. Namun guru dan keterbatasannya juga merupakan sebuah keniscayaan. Diperlukan masukan, saran bahkan kritikan dan juga bimbingan khusus guru. Bagaimanapun juga sebagai ujung tombak pendidikan, guru diharapkan mampu berdiri tegap ditengah gelombang serta berjalan dijalan terjal untuk sebuah pengabdian.

Kemdikbud hadir dalam bentuk Program Guru Belajar sebagai jawaban atas berbagai masalah dan kendala yang dihadapi guru dimasa Pembelajaran Jarak Jauh. Program Guru Belajar setidaknya memiliki tujuan untuk meningkatkan kompetensi guru dalam merancang Pembelajaran Jarak Jauh berbasis beban kurikulum yang disederhanakan dan mengembangkan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran jarak jauh yang melibatkan murid.

Kehadiran Program Guru Belajar sangat memberikan jalan terang serta bekal bagi guru-guru Indonesia dalam menjalankan tupoksinya di masa Pandemi Covid-19. Program Guru Belajar membantu guru-guru menyelesaikan beragam masalah yang dihadapi selama Pembelajaran Jarak Jauh. Selain itu, Program Guru Belajar juga membuka mata guru-guru Indonesia akan pentingnya mengetahui dan menguasai teknologi yang kedepannya akan menjadi media pendukung utama dalam proses belajar mengajar.

Demikianlah sekelumit pengalaman serta perjalanan guru-guru Indonesia yang termasuk didalamnya adalah penulis itu sendiri selama proses Pembelajaran Jarak Jauh. Diharapkan pengalaman itu menjadi guru terbaik bagi guru-guru Indonesia terutama bagi penulis itu sendiri agar lebih bijak memaknai serta memetik segala hikmah didalamnya.

Kreativitas dan Dedikasi Guru Menuju Indonesia Maju.

#GuruMenolakMenyerahKarenaCorona.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar