“Apa alasan mendasar kamu bermuhammadiyah?”, begitu ucapan pembuka seorang teman.
“Cinta”, jawabku singkat sedikit acuh, padahal pertanyaannya sedikit menyikut.
“Hanya itu?”, balasnya sambil mengernyitkan dahinya.
“Iya, dengan itu aku merasa memiliki” kali ini kupalingkan mukaku menatapnya sambil tersenyum.
Kuseruput kopiku menunggu pertanyaan lanjutannya, ternyata dia sibuk memperhatikan layar handphonenya.
“Lalu apa yang kamu dapat dari situ?”, pertanyaan yang saya tunggu-tunggu akhirnya terucap dari mulutnya.
“Adab”, pungkasku seenaknya.
“Untuk apa?”, kejarnya.
“Untuk mengikis keburukan yang ada pada diri saya”, kuseruput lagi kopiku sambil melirik matanya.
“Sepenting itu?”, kali ini handphonenya dia letakkan di atas meja. Penasarannya membuncah.
“Menurutmu, apa yang mulai hilang dikalangan generasi muda saat ini?”, biasanya pertanyaan yang dibalas dengan pertanyaan berakhir perdebatan. Tetapi, kali ini dia tidak banyak protes. “Tumben”, celotehku dalam hati.
Dia terdiam, mengangkat gelas di hadapannya dan menaruh di depan bibirnya. Pandangannya tertuju pada daun pintu yang berada di belakangku, dari tatapannya kusadari kalau dia sedang berpikir.
Gelasnya kembali diletakkan, isinya tidak berkurang dari sebelumnya.
“Adab”, jawabnya dengan tatapan penasaran.
“Menurutmu, kenapa itu terjadi?” serangan balikku mulai terbangun.
“Mungkin karena kaum muda terlalu sibuk mengejar ilmu, tetapi menelantarkan adab”. Kali ini, isi gelasnya tumpah ke dalam mulutnya.
Giliran saya yang tertegun mendengar jawabannya. “Tumben Pintar”, gumamku dalam hati.
Bermuhammadiyah, pemuda tetap menjadi pelengkap mendasar menegakkan amar ma’ruf nahi munkar.
Bermuhammadiyah, pemuda harus berdiri kokoh digaris depan. Genggamannya harus kuat menegakkan panji-panji keumatan. Tanpa keterlibatan mereka, islam yang berkemajuan adalah sebuah kemustahilan. Merekalah yang mampu menjangkau setiap sudut bumi ini dalam meneruskan risalah.
Bermuhammadiyah, kadang perlu berbenah. Selain membangun hubungan vertikal dengan Allah, juga harus menebarkan cinta kepada sesama. Kedua hal ini tidak akan terwujud tanpa didasari adab.
Adablah yang memperkuat hubungan lintas generasi. Itu juga yang akan menumbuhkan cinta kepada sesama.
Adab pula yang mendekatkan kaum muda kepada kaum tua dan kebijaksanaanlah yang menumbuhkan cinta kaum tua kepada kaum muda.
“Dalam setiap ilmu bersanding adab, jika adab disempurnakan, maka ilmu akan sempurna menyertainya”. Begitu kata Ustadz Adi Hidayat.
Sempurnakan adab dan mekarkan cinta, lalu bermunajat. Itu tugas penting pemuda dalam bermuhammadiyah.
(Murdiansyah)