Senin, 11 Desember 2023
Mengulik Sosok Inspiratif.
Jumat, 13 Oktober 2023
Pinjam dulu Seratus
Dulu, tahun 1947, gelombang pengungsi mulai berdatangan di tanah Palestina. Kapal yang mengangkut pengungsi terus berdatangan. Gambar pada postingan ini sebagai bukti sejarah yang bertuliskan "The Germans destroyed our families and home, don't you destroy our hopes (Jerman menghancurkan keluarga dan rumah kami, jangan hancurkan harapan kami)." Tentunya dengan wajah memelas.
Tahun 1948, mereka mulai membangun, menetap dan hidup di Palestina hingga akhirnya berdirilah negara Israel. Saat mereka mulai banyak, malapetaka bagi penduduk Palestina dimulai. Giliran rakyat Palestina yang terusir dari tempat tinggalnya, dipaksa untuk mengungsi. Saat itu, Inggris dkk getol meneriaki Yahudi sebagai TERORIS.
Serangan dan pembantaian terus berlanjut sampai hari ini. Fakta diputarbalikkan, seakan-akan Palestina-lah yang penjajah dan teroris. Disaat rakyat Palestina melawan untuk mempertahankan tempat tinggalnya, saat itu pula Inggris dkk berbalik menyerang mereka dengan label TERORIS.
Penderitaan rakyat Palestina terus berlanjut, kekejaman Israel semakin bengis. Pasokan air dan listrik dirusak, makanan, obat-obatan dan bahan bakar diblokade, internet disabotase agar Israel bebas memainkan propagandanya lewat media.
Target Israel adalah melenyapkan nama Palestina di muka bumi. Maka tidak heran jika mereka menari-nari dengan nyanyian "Gaza adalah sebuah pemakaman bagi anak-anak, kalian (Palestina) adalah spesies yang telah punah." Bahkan di mata Menhan Israel, rakyat Palestina hanyalah binatang yang perlu dimusnahkan. Ngeri!
Mendengar kata Israel, rasanya seperti didatangi sebuah bisikan di telinga "pinjam dulu seratus". Dengan wajah bertopeng memelas, bisikannya-pun terpenuhi. Saat dia mulai nyaman, bisikannya berubah jadi bentakan saat diingatkan tentang bisikannya dahulu. Kala bentakannya dijawab dengan bentakan, dibalasnya dengan teriakan dibarengi tonjokan. Fakta diputarbalik, seolah-olah dia terzolimi dan kita dianggap tidak punya rasa kemanusiaan.
Pesannya, jika merasa pernah berbisik "Pinjam dulu Seratus", jangan pura-pura lupa, segera tuntaskan karena tidak akan terlupakan. Tidak perlu mengikuti cara-cara Yahudi, cukup mereka yang begitu. Tidak asyik disamakan dengan Yahudi. 😅
Minggu, 02 Juli 2023
Munajat Pemuda Bermuhammadiyah
“Apa alasan mendasar kamu bermuhammadiyah?”, begitu ucapan pembuka seorang teman.
“Cinta”, jawabku singkat sedikit acuh, padahal pertanyaannya sedikit menyikut.
“Hanya itu?”, balasnya sambil mengernyitkan dahinya.
“Iya, dengan itu aku merasa memiliki” kali ini kupalingkan mukaku menatapnya sambil tersenyum.
Kuseruput kopiku menunggu pertanyaan lanjutannya, ternyata dia sibuk memperhatikan layar handphonenya.
“Lalu apa yang kamu dapat dari situ?”, pertanyaan yang saya tunggu-tunggu akhirnya terucap dari mulutnya.
“Adab”, pungkasku seenaknya.
“Untuk apa?”, kejarnya.
“Untuk mengikis keburukan yang ada pada diri saya”, kuseruput lagi kopiku sambil melirik matanya.
“Sepenting itu?”, kali ini handphonenya dia letakkan di atas meja. Penasarannya membuncah.
“Menurutmu, apa yang mulai hilang dikalangan generasi muda saat ini?”, biasanya pertanyaan yang dibalas dengan pertanyaan berakhir perdebatan. Tetapi, kali ini dia tidak banyak protes. “Tumben”, celotehku dalam hati.
Dia terdiam, mengangkat gelas di hadapannya dan menaruh di depan bibirnya. Pandangannya tertuju pada daun pintu yang berada di belakangku, dari tatapannya kusadari kalau dia sedang berpikir.
Gelasnya kembali diletakkan, isinya tidak berkurang dari sebelumnya.
“Adab”, jawabnya dengan tatapan penasaran.
“Menurutmu, kenapa itu terjadi?” serangan balikku mulai terbangun.
“Mungkin karena kaum muda terlalu sibuk mengejar ilmu, tetapi menelantarkan adab”. Kali ini, isi gelasnya tumpah ke dalam mulutnya.
Giliran saya yang tertegun mendengar jawabannya. “Tumben Pintar”, gumamku dalam hati.
Bermuhammadiyah, pemuda tetap menjadi pelengkap mendasar menegakkan amar ma’ruf nahi munkar.
Bermuhammadiyah, pemuda harus berdiri kokoh digaris depan. Genggamannya harus kuat menegakkan panji-panji keumatan. Tanpa keterlibatan mereka, islam yang berkemajuan adalah sebuah kemustahilan. Merekalah yang mampu menjangkau setiap sudut bumi ini dalam meneruskan risalah.
Bermuhammadiyah, kadang perlu berbenah. Selain membangun hubungan vertikal dengan Allah, juga harus menebarkan cinta kepada sesama. Kedua hal ini tidak akan terwujud tanpa didasari adab.
Adablah yang memperkuat hubungan lintas generasi. Itu juga yang akan menumbuhkan cinta kepada sesama.
Adab pula yang mendekatkan kaum muda kepada kaum tua dan kebijaksanaanlah yang menumbuhkan cinta kaum tua kepada kaum muda.
“Dalam setiap ilmu bersanding adab, jika adab disempurnakan, maka ilmu akan sempurna menyertainya”. Begitu kata Ustadz Adi Hidayat.
Sempurnakan adab dan mekarkan cinta, lalu bermunajat. Itu tugas penting pemuda dalam bermuhammadiyah.
(Murdiansyah)
Sabtu, 30 Oktober 2021
Tawuran Pelajar di saat Peringatan Sumpah Pemuda digaungkan.
Sehari pasca Sumpah Pemuda digaungkan, pelajar kontan mengekspresikan aksinya dalam bentuk lain. Hal biasa, bukan hal baru karena kejadiannya berulang, malah terkesan membosankan dan meresahkan. Yah, Pemuda yang sejatinya memainkan peran inti dalam unjuk karya dan prestasi di hari Sumpah Pemuda malah mempertontonkan aksi menohok. Meski hanya oknum, tetapi efeknya cukup melebar. Maka muncullah istilah karena nila setitik, rusak susu sebelanga.
Rabu, 25 Agustus 2021
Bersama Kita Kuat Bersatu Kita Bangkit
Agustus 2021 masih menyisakan kobaran semangat memperingati dirgahayu ke-76 bagi Indonesia. Kibaran sang dwiwarna masih berdiri kokoh dibeberapa tempat. Twibbon bertuliskan ucapan selamat dengan gambar beragam terlihat memenuhi dinding sosial media. Bermacam aksi dipamerkan dalam mengekspresikan perayaan kemerdekaan Indonesia. Pemandangan yang lazim disaksikan setiap menyambut hari bersejarah itu.
Senin, 16 Agustus 2021
Sederhana Berbuah Pahala
Sabtu, 01 Mei 2021
Pendidikan Diambang Dekadensi Moral
Indonesia tengah digerogoti berbagai macam penyakit kronis. Degradasi moral, lupa sejarah dan identitas, kemerosotan karakter, redupnya jiwa nasionalisme sampai pada paham radikalisme senantiasa mengancam keutuhan bangsa serta berbagai macam persoalan lain yang kian menumpuk. Tanpa terkecuali bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, politik, sosial budaya masih menyisakan sejumlah masalah akut yang perlu penataan mendesak.