Senin, 17 Agustus 2020

Secercah Harapan Untuk Sang Merah Putih


Seiring putaran jarum jam adalah waktu yang tidak singkat bagi ibu pertiwi berjuang melepaskan diri dari cengkeraman amukan wabah. Sepanjang detik itu pula ragam cerita menyisakan sepenggal kenangan yang telah terlewatkan. Di awal-awal waktu, setiap pergantian hari menjadi saksi betapa mengerikannya kabar tentang puluhan bahkan sampai ratusan nyawa yang tidak tertolong. Untuk saat itu, istilah berdiam diri di rumah adalah kekuatan paling ampuh untuk menyelamatkan ibu pertiwi.

Jerit tangis dari sejumlah pasang mata yang tak terhitung karena harus melepaskan orang terkasih keperistirahatan terakhir tanpa bisa mendekat apalagi menyentuhnya. Teriakan caci dan maki setiap saat terdengar karena tidak terima jika harus dipisahkan dengan keluarganya yang terpapar. Yang paling menyentuh adalah pengorbanan sosok-sosok pahlawan garis depan yang dengan terpaksa harus meninggalkan serta berpisah dari keluarga tercintanya. Semua dilakukannya untuk mendedikasikan hidupnya demi keselamatan dan kesembuhan pasien. Kala itu, waktu adalah kepanikan yang tak terkendali.

Kini waktu pulalah yang akan menjawab kapan semua akan berakhir. Situasi yang ada, seolah memperlihatkan kesan bahwa kondisi telah berjalan normal. Kengerian kata CORONA secara perlahan mulai menyusut. Ketegangan sedikit demi sedikit berkamuflase menjadi ketenangan. Padahal dibalik memudarnya kesiagaan, kasus positif yang terpapar masih terus bertambah jumlahnya.

Di tengah titik yang hampir mencapai keputusasaan, menghantar ibu pertiwi kembali memijakkan kaki untuk bangkit dari keterpurukan. Di antara suara riuh yang gaduh, terselip kata penyemangat untuk membantah beragam suara sumbang yang sifatnya spekulatif. Di tengah-tengah suasana yang serba kalut dan tidak menyenangkan, Indonesia berjuang keras lepas dari hempasan gelombang untuk mencapai bibir pantai pemulihan. Kini, waktu adalah segenggam kekuatan untuk bangkit.

Harap-harap cemas menyongsong hari bersejarah di pagi 17 Agustus. Gelora kemerdekaan terbalut nyanyian Indonesia Raya membangkitkan semangat yang sedikit memudar. Kibaran sang merah putih merambat perlahan menaiki tiang manuju ketinggian, memberi tanda bahwa Indonesia kuat dan akan terus bangkit. Kenyataan yang ada tidak menyurutkan semangat kebangsaan yang telah mengakar di setiap sanubari.

Kain merah putih yang hampir secara bersamaan di kibarkan di seluruh penjuru negeri ini, sedikit memberi jeda tentang perdebatan yang ada. Menyapu keringat penat di setiap langkah perjuangan. Bagaimanapun bentuk perbedaan yang terawat selama ini, semuanya sejenak menundukkan kepala seraya melantunkan doa berisikan harapan. 

Tidak ada lagi kata kami, apalagi kata mereka. Semuanya terbungkus rapi dalam bingkai NKRI. Tidak ada lagi ego sektoral yang mengklaim pemilik kebenaran mutlak sembari menyudutkan ego lain. semuanya sejalan searah dan seirama dalam langkah yang pasti. Bhinneka Tunggal Ika erat dalam genggaman Sang Garuda.

Kerinduan yang beku bermetamorfosis menjadi dahaga yang tertahan sekian lama. Kini, kerinduan itu terejawantahkan dalam bentuk belas asih dan peduli, termanifestasi dalam semangat kebangkitan dan perjuangan. Agar sang Dwiwarna Merah Putih terus berkibar.

Dirgahayu Indonesiaku yang ke 75, lekaslah pulih.

Kunjungi juga laman di sini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar